jejak tulisan si kaki kecil

Konsep Islamic Parenting: Mendidik Anak Ala Rasulullah

18 komentar
Konten [Tampil]
Mendidik Anak Ala Rasulullah
Cara mendidik anak ala Rasulullah seharusnya menjadi dasar parenting orang tua, disamping banyaknya konsep parenting yang berterbaran. Pertama kali mempelajari konsep parenting ini adalah ketika menjadi siswa bengkel diri. Diajarkan langsung oleh Ummu Balqis, kepala sekolah bengkel diri.

Mendidik Anak Ala Rasulullah

Tau kan pepatah buat jatuh tak jauh dari pohonnya, begitu pula anak tidak akan jauh dari sifat orang tuanya. Tetapi setiap orang tua pastinya ingin anak yang lebih baik dari dirinya. Lalu bagaimana si cara Rasulullah mendidik anak?

1. Pra Nikah

Ketika orang bertanya kapan si kita mulai mendidik anak? Ternyata dimulai jauh sebelum menikah atau ketika mempersiapkan diri ke jenjang pernikahan. Seorang calon ayah ataupun ibu harus memiliki bekal agar nantinya bisa jadi orang tua yang hebat dan bisa mendampingi anak tumbuh sesuai fitrahnya.

Seorang yang belum menikah sebaiknya sudah mulai belajar ilmu parenting, baik secara teori maupun pengamatan dari apa yang dilakukan orang lain. Sehingga ilmu tersebut nantinya bisa dengan mudah dipraktekkan ketika memiliki anak. Bukan malah belajar ketika mendekati waktu-waktu kelahiran anak, rasanya seperti belajar SKS ketika akan ujian. Banyak yang harus diperlajari tapi sedikit yang masuk.

Selain itu, saat pra nikah ini, kita pastinya akan mencari pasangan. Agar pendidikan anak lebih mudah maka perlu mencari pasangan yang sevisi misi dalam pola asuh, pendidikan anak, dan hal-hal terkait anak. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudahkan pasangan orang tua lebih dapat bersinergi dan satu kata dalam mendidik anak. Sehingga tak ada perbedaan dalam pendidikan anak dan juga tak mudah goyah oleh pengaruh orang luar.

2. Konsepsi dan Kehamilan

Pada masa konsepsi dan kehamilan pun akan berpengaruh pada akhlak anak nantinya. Sehingga ketika akan melakukan konsepsi sangat amat diwajibkan untuk membaca doa, agar terhindar dari campur tangan syaitan. Doa tersebut nantinya bisa menjadi gerbang awal untuk menjadikan anak yang shaleh dan shalehah.

Setelah konsepsi berhasil dan terjadi kehamilan maka banyak yang harus dijaga untuk menjaga perilaku anak nantinya. Walaupun anak masih di dalam perut ibu, tetapi kebiasaan dan aktivitas ibu bisa berpengaruh pada anak nantinya. Apalagi ketika ruh sudah ditiupkan dan anak mulai bisa mendengar. Maka ibu sebaiknya melakukan hal-hal positif seperti banyak beribadah dan membaca Al Quran. Ajak anak berbicara setiap kali ibu akan melakukan sesuatu.

Selain itu, sangat amat dihindari dari hal-hal maksiat dan perkataan kasar. Bisa jadi nantiny akan tertanam di alam bawah sadar sang anak. Makanan yang dikonsumsi pun harus yang halal dan thayyib baik dari cara mendapatkannya ataupun asal makanan tersebut. Masa si kita akan memberikan makanan yang haram kepada anak?

Mendapatkan anak mungkin memang perjuangan yang sangatlah tidak mudah. Apalagi ketika mendidikanya. Maka ketika kehamilan perlu banyak-banyak berdoa dan ikhlas bagi sang ibu menanggung beban. Dan lebih baik lagi terhindar dari stress.

3. Fase 0-2 tahun

Pada fase ini sesuai dengan fitrah seksualitasnya, anak lebih didekatkan pada ibunya karena masih membutuhkan pertolongan orang lain. Maka jangan heran jika akan selalu bergantung dan mencari ibunya. Itulah fitrahnya, sehingga ibu tak boleh mengeluh karena fase ini sebenarnya sangatlah sebentar.

Pada fase ini sudah mulai ditanamkan tauhid. Memberikan sugesti yang positif kepada anak menjelang tidur dengan cerita. Sehingga akan tertanam dalam alam bawah sadarnya tentang hal-hal yang baik. 

Selain itu, mulailah untuk menanamkan rasa malu pada anak, dengan cara tidak menampakkan aurat anak di depan orang lain. Mandi dan berganti baju haruslah dilakukan di tempat yang tak tampak orang lain. Jangan malah membiarkan dengan dalih masih kecil dan belum paham apa-apa. 

4. Fase 3-6 tahun

Di fase ini, anak di dekatkan dengan kedua orang taunya baik ayah dan ibunya agar anak lebih mengenal gender yang ada serta bisa membedakan. Sehingga anak pun mulai ditanamkan kebiasaan tidur sendiri dan tidak bercampur dengan saudaranya yang berbeda gender.

Pada fase ini, anak mulai menjadi peniru ulung dan melakukan apapun yang dilihat. Sehingga anak sudah mulai diperkenalkan dengan ibadah-ibadah yang dilakukan sehari-hari seperti berdoa, sholat, dan puasa. Hal tersebut agar tertanam kebiasaan baik dari yang dicontohkan oleh orang tuanya. Selain itu, anak pun mulai diajarkan untuk berbagi sesuatu dengan orang lain. Serta mengajarkan kasih sayang pada orang lain. 

5. Fase 7-10 tahun

Fitrah pada fase ini adalah anak didekatkan dengan orang tua yang sama gendernya. Hal tersebut dilakukan agar anak mulai paham tentang gendernya dan mulai berperilaku sesuai dengan gendernya sesuai ketentuan syariat. 

Mulai terjadinya perubahan fisik yang akan dirasakan maka perlu dijelaskan sedari awal. Apa saja yang akan terjadi ketika nantinya tanda menjadi baligh agar tak merasa kaget. Anak pun mulai diajak melakukan ibadah dengan menjelaskan kebaikan dan alasannya. 

6. Fase 11-14 tahun

Ketika fase menuju aqil baligh, anak akan mulai tertarik dengan kawannya yang berbeda gender. Sehingga perlu didekatkan dengan orang tua yang berbeda gender agar terpenuhinya rasa cinta. Rasa cinta dari gender orang tua yang berbeda dari anak, akan membuat anak tak mencari perhatian diluar, ditambah dengan penjelasan apa tindakan yang sebaiknya dilakukan kepada lawan jenisnya.

Anak mulai dikenalkan dengan konsekuensi jika tidka melakukan ibadah. Bahkan diperbolehkan untuk memukulnya dengan lembut jika anak tak mau beribadah. Selama sudah ditanamkan sejak kecil tentang ibadah dan mengajaknya dengan penuh kasih sayang.

Persiapan aqil baligh yang sebentar lagi juga memerlukan sebuah visi misi sederhana. Anak mulai bisa diajak menentukan visi misi hidup. Visi misi tersebut nantinya menjadi dasar membuat rencana dan target kegiatan yang akan dilakukan beberapa tahun ke depan.

7. Fase 15+ tahun

Anak dianggap akan sanggup menanggung beban syariat dan beban lain sesuai gendernya. Inilah fase terakhir anak yaitu aqil baligh karena dalam Islam tidak mengenal remaja yang dijadikan transisi sebelum dewasa. 

Orang tua tak lagi berperan terlalu mengatur anak tetapi lebih pada sahabat, pendamping, dan pembimbing. Orang tua menjadi sahabat yang baik dengan mendengar pendapat anak dan memberi masukan jika keliru ataupun dibutuhkan. Orang tua sebagai pendamping dan teman diskusi akan isu-isu yang sedang trend apalagi di dunia mereka. Terakhir orang tua sebagai pembimbing atas kebebasan pilihan anak dan memberi masukan atas risiko atau dampak yang akan dirasakan dari sebuah pilihan.

Anak adalah titipan sehingga perlu dijaga dan dirawat semestinya. Mendidik anak ala Rasulullah tersebut dimaksudkan agar anak bisa mendapatkan fase aqil dan baligh secara bersamaan. Tak ada yang lebih cepat ataupun lebih lambat. Jadi apakah tertarik mencoba mendidik anak seperti cara Rasulullah?
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

18 komentar

  1. Sangat tertarik dan semoga kelak bisa menerapkannya

    BalasHapus
  2. Semakin kubaca mengingatkan kembali pada kelas Bengkel diri, aahh jadi kangen Kuliah lagi, digembleng lagi, diingat Kan lagi, di'jewer'lagi. Terutama saat sat sekarang ini yang dalam kondisi mood swing, naik turun, padahal dlm fase memenuhi lumbung cinta anak-anak. Semoga bisa menerapkan cara-cara sesuai teladan Habibana Rasulullah SAW

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut kelas parentingnya aja mba atau financial hehe

      Hapus
  3. MasyaaAllah...jazakillah khayran u ilmunya mba🙏

    BalasHapus
  4. MasyaaAllah...jazakillah khayran u ilmunya mba🙏

    BalasHapus
  5. Makin banyak belajar makin sadar banyak banget yg harus dipelajari sebelum menikah dan menjadi ibu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, bahkan nanti setelah menjadi ibu pun masih ada PRnya karena jaman yang terus berkembang. Semangat mba!

      Hapus
  6. MashaAllah Mba, ilmu bermanfaat banget. Walaupun skrng belum memiliki anak biasanya kalo nemu artikel2 yg berkaitan dgn anak pasti aku diskusi sm kakakku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kelak ketika sudah ada anak jadi lebih mudah untuk mempraktekkannya ya mba :)

      Hapus
  7. Masya Allah.. Perlu sering kembali diingatkan untuk menerapkan tahapan-tahapan ini. Jazakillahu khoir Mba sudah mengingatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, memang harus sering-sering murajaah materinya :)

      Hapus
  8. Baca ini auto kebayang suara ummu balqis deh mba, kangen masuk kelas lgi

    BalasHapus
  9. thx ya mba sharingny. aku sampe lupa pernah dpt materi ini d bengkel diri

    BalasHapus
  10. Jadi inggat waktu belajar d kelas bengkel diri.
    Bagi singlelillah, memang penting banget untuk pelan2 mulai belajar mengenai parenting ini

    BalasHapus
  11. Masya Allah. .. Mendidik anak itu rasanya luar biasa. Hayuk semangat semuanya.

    BalasHapus

Posting Komentar