jejak tulisan si kaki kecil

Hanya Ingin untuk Menikah atau Memang Siap untuk Menikah?

8 komentar
Konten [Tampil]
Siap untuk menikah

Menikah bukan hanya sekedar ingin tapi harus siap untuk menikah. Menikah merupakah salah satu ibadah paling lama sehingga perlu dilakukan persiapan. Bukan hanya sekedar ingin menikah ataupun dikejar target tanpa membawa bekal apapun. Apalagi di usiaku yang menginjak seperempat abad, pastinya muncul kegelisahan-kegelisahan tentang pernikahan.

Bukan Akhir Sebuah Perjalanan

Sering dihadapkan pada cerita yang menggambarkan bahwa menikah adalah akhir dari sebuah perjalanan. Ketika menikah maka akan merasakan bahagia seterusnya. Sehingga menikah terkadang dijadikan sebuah jawaban atas sebuat permasalahan hidup. Layaknya hidup Cinderella yang berakhir bahagia selamanya setelah menikah dengan pangeran. Setelah sebelumnya, hidup dalam penderitaan lalu menikah menjadi solusi atas masalah hidupnya tersebut.

Nyatanya menikah bukan sebuah akhir tapi awal perjalanan baru dari dua manusia yang menjadi satu. Menyatukan dua buah pikiran, keluarga, dan banyak hal. Jika tak dipersiapkan dengan baik maka bisa jadi akan menemukan dua cabang arah tujuan yang berbeda. Atau menemukan konflik-konflik yang akhirnya menjadikan dua insan tersebut semakin mengenal satu sama lain.

Kapan Siap untuk Menikah?

Pernah suatu kali membahas pernikahan dengan seorang teman, jadi apa yang membuat kita yakin siap untuk menikah? Dan pertanyaan tersebut aku tanyakan pada diriku sendiri, yakin udah siap? Atau cuma pengin aja karena liat teman-teman yang lain menikah? 

Jika ingin mengetahui apakah siap atau enggak, ada beberapa hal bisa menjadi pertimbangan awal.

1. Mengenal Diri Sendiri

Bagaimana kita akan memahami orang lain jika kita belum mengenal diri kita sendiri? Ketika menikah kita akan belajar mengenal orang baru yang 24/7 hadir dalam hidup kita. Maka selayaknya kita mengenal diri kita terlebih dahulu, kelebihan, kekurangan, dan potensi diri. Agar kita bisa menyatukan hal tersebut dengan pasangan kita untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ketika hidup menggenap.

Dengan mengenal diri sendiri maka kita akan lebih mudah menentukan peran kita nantinya setelah menikah. Karena dengan menggenap mau tidak mau akan ada peran yang berubah dan bertambah. Jika tak mengenal dan siap menerima peran baru, apakah yakin siap hidup menggenap?

2. Menikah untuk apa?

Jika memang sudah siap menikah pastinya tau kan apa tujuan kita menikah? Bukan sekedar mengikuti orang lain atau berada di umur dimana waktu yang katanya tepat menikah. 

Pernah suatu kali, melihat temanku yang mengikuti sekolah pra nikah dan ada tugas visi misi menikah. Sejujurnya aku dulu tak tahu gunanya untuk apa, bahkan temanku pun mencari visi misi tersebut di internet. Tapi sejak belajar tentang mempersiapkan pernikahan, aku tau visi misi sangat penting. Jadi kita akan tau pernikahan kita kelak akan memberikan manfaat bukan hanya sekedar menggenap tanpa ada tujuan pernikahan.

3. Target Menikah

Target menikah bukan hanya perkara umur ataupun tahun, tapi bekal apa yang ingin kita bawa untuk menggenap kelak. Menikah merupakan sebuah perjalanan panjang yang memerlukan bekal. Bayangkan kita akan mendaki gunung, maka kita memerlukan bekal agar dapat pulang dengan selamat nantinya. Begitu pula pernikahan yang merupakan ibadah, perlu bekal agar nantinya terhindar dari api neraka. Sehingga dengan pertimbangan itu kita akan tahu kapan kita siap menikah.

4. Kriteria Pasangan

Tau pepatah jawa yang mengatakan witing tresno jalaran soko kulino? Yang berarti cinta tumbuh karena terbiasa, apakah percaya dengan hal tersebut? Kalau aku si dulu nggak terlalu percaya, laki-laki perempuan berteman ya pasti akan murni tanpa ada muncul rasa hingga aku belajar banyak dari pengalaman perempuan yang sudah menikah. 

Witing treno jalaran soko kulino

Banyak cerita tentang teman yang menikah tanpa ada perasaan. Lalu mana mungkin menikah tanpa ada rasa dan muncul dibulan-bulan berikutnya setelah menikah? Ternyata itu bisa ternyata selama kita menikah dengan pasangan yang sesuai kriteria kita. Maka kita akan mudah jatuh cinta ketika menemukan pasangan yang memang kita inginnya walaupun diawal belum muncul perasaan.

Ketika kita merasa siap menikah, maka kita akan tau pasangan seperti apa yang kita pilih untuk hidup sehidup sesurga. Pasangan yang telah tertulis di lauhul mahfudz dan membuat kita akan jatuh cinta karena Allah. Jadi bukan tentang siapa tapi seperti apa pasangan yang kita inginkan.

5. Komunikasi dengan Orang Tua

Menikah bukan hal yang hanya dilakukan sehari dua hari tapi dalam hitungan tahun bahkan hingga maut memisahkan, jadi nggak mungkin kan kita tidak membicarakannya dengan orang tua. Atau membicarannya ketika H- sebelum menikah? Menikah bukan meminta uang jajan yang bisa dilakukan mendadak ketika kita akan berangkat sekolah. Tapi harus dibicarakan jauh-jauh hari layaknya kita mempersipakan ujian.

Banyak kasus ketika anak membicarakannya mendadak dan orang tua tidak siap. Sehingga perlu adanya obrolan dan kesamaan pandangan tentang pernikahan. Agar orang tua dan anak mempersiapkan ketika nantinya akan berpisah, tidak satu rumah, atau perubahan-perubahan yang mungkin akan terjadi setelah menikah.

Buku #PreMarriageTalk sebagai Petujuk Arah 

Persiapan menikah mulai dari mana dulu ya? Aku sebagai orang yang buta arah dan tak tahu harus bertanya kemana, aku butuh sebuah petunjuk untuk memulai pencarian bekal menikah. Malu bertanya pada orang lain karena takut dikira ngebet nikah tapi kalau diem aja kapan mau ngumpulin bekal nikah.

Aku pun menemukan buku #Premarriagetalk sebagai solusi dan menjadi pijakan pertama untuk mencari bekal menikah. Seperti seorang anak belajar Al Quran pastinya dimulai dari Iqra kan? Atau ketika masuk pendidikan formal pastinya dimulai dari tingkat dasar kan? Jadi yang membutuhkan petunjuk arah untuk mencari bekal menikah ya buku ini sangatlah cocok.

Premarriagetalk

Layaknya kita menentukan akan menjadi apa, pastinya akan belajar matematika, bahasa, dan pelajaran dasar lainnya. Hingga nantinya mengetahui hal kita sukai dan menjadikan pelajaran tersebut sebagai bekal. Jadi dengan mengetahui dasar-dasar bekal yang diperlukan dalam mempersiapkan pernikahan kita akan tau pernikahan seperti apa yang kelak kita inginkan. Dasar-dasar bekal apa saja yang perlu kita persiapkan akan ditemukan di buku #Premarriagetalk.

Memang ada berbagai banyak buku yang bisa menjadi referensi pernikahan tapi terkadang tidak menjelaskan step awal yang perlu dipersiapkan atau malah langsung pembahasan yang terlalu berat. Sehingga membuat yang membacanya menjadi kebingungan atau malah takut dengan pernikahan. 

Buku yang ditulis oleh dua orang perempuan dengan latar belakang pendidikan psikologi ini sangat cocok bagi yang membutuhkan bacaan ringan tentang pesiapan pernikahan. Buku yang bisa menjadi gerbang untuk mengumpulkan banyak bakal pernikahan agar tak hanya mempersiapkan walimah yang meriah tapi mempersipkan kehidupan setelah menggenap kelak.

Jadi apakah memang sudah siap untuk menikah? Atau hanya ingin saja ketika melihat teman-teman sudah menikah? Semangat untuk memperbaiki diri sebelum menggenap ya! Bisa cek ke sini kalau butuh buku ini sebagai teman mencari bekal, karena menikah harus dipersiapkan. 
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

8 komentar

  1. Pas ini lagi cari referensi buku - buku persiapan menikah buat project guidebook kami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, semoga bisa jadi salah satu referensi buku ya kak

      Hapus
  2. Aku masih terus mempertanyakan kepada diri sendiri. Benarkah sia[ menikah atau hanya termakan ocehan orang lain? Banyak yang berasumsi usia 20-1n g dianggap sudah waktunya menjalani pernikahan. Padahal menikah dan usia adalah dua hal yang berbeda.

    Aku jadi tertarik nih dengan bukunya. Makasi sudah mengulasnya dengan baik, Kak.

    BalasHapus
  3. Setuju banget mbaa dengan tips diatas. Kita harus terlebih daulu untuk menengenal diri kita, mengetahui visi misi pernikahan serta tujuan dari pernikahan itu sendiri. Terimakasih mba zakia untuk sharing isi bukunyaa

    BalasHapus
  4. Dan senengnya sekarang semakin banyak buku, seminar dan kulwap premarriage ya, jadi bisa buat bersiap2. Dulu aku mah langsung nyemplung dan terkaget2 dengan rollercoaster pernikahan :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba beda jaman beda kondisi, sekarang mah mau belajar apa-apa lebih gampang. Asal mau aja hehe

      Hapus

Posting Komentar