jejak tulisan si kaki kecil

Cerita Misteri: Luka, Bagian Dua

3 komentar
Konten [Tampil]
Rania memutuskan kembali ke Pulau Lombok setelah belasan tahun memutuskan merantau ke ibu kota. Lombok adalah tempat di mana semua luka pernah tergores pada dirinya. Sebuah tanah kosong menjadi tujuan pertama yang dikunjungi Rania. Tanpa Rania sadari, ada seseorang yang mendekati Rania. Belum sempat bertukar cerita dengan Rania, Rania sudah tak sadarkan diri.

Bagian Dua: Pertemuan Kembali

"Rania?" Samar-sama terdengar suara memanggilku.

Kesadaranku perlahan mulai pulih. Aku mengejap-ngejapkan mataku. Berusaha beradaptasi dengan cahaya yang cukup membuatku ingin memejamkan mata kembali. Aku merasakan aku sentuhan lembut yang berusaha membantuku untuk beradaptasi.

Aku kembali mencoba membuka mata dan melihat sosok perempuan itu. Perempuan yang sudah belasan tahun tak pernah aku jumpai karena aku pindah ke ibu kota.

"Ibu, aku kenapa di sini?" tanyaku pada perempuan yang aku panggil ibu.

Aku melihat sosok perempuan yang mulai memiliki keriput di wajahnya. Rambutnya pun sudah berganti warna dari hitam menjadi putih. Namun senyumnya masih tetap menenangkan seperti dulu. Seolah tak pernah pudar oleh waktu.

"Kamu tadi pingsan jadi ibu bawa ke sini. Kamu mau minum?" tanya perempuan itu kepadaku.

Aku mengangguk. Rasanya tenggorokanku terasa kering. Perempuan itu membantuku untuk membasahi tenggorokanku. Rasanya sangat segar dan sedikit menambah tenaga.

"Maafkan ibu ya Rania. Ibu tak pernah bisa menemukan Riana. Bahkan keluarga yang mengadopsinya pun hilang tanpa kabar."

"Nggak apa-apa bu. Aku sudah mengikhlaskannya. Walaupun memang tetap menyakitkan mengingat semua kejadian itu. Bahkan aku tak bisa mengebumikan Riana secara baik," kataku pada perempuan itu.

"Maaf juga. Ibu yang salah menyerahkan Rania pada mereka. Harusnya ibu bisa lebih teliti lagi sebelum memberikan Rania pada mereka," kata perempuan itu sambil meneteskan mata.

Aku menggeleng pelan. Aku tau bukan salah perempuan itu. Laki-laki yang datang dengan niat mengadopsi Riana saat itu memang terlihat baik. Ternyata istrinya memiliki gangguan mental. Kebakaran itu pun diduga akibat istrinya. Sayang tak pernah ada jasad ditemukan dibangunan itu. Semua jejak kehidupan keluarga itu seolah hilang bersama dengan padamnya api.

"Sudah ya Rania, kondisimu masih lemah. Jangan menambah dengan beban pikiran. Lebih baik kamu istirahat dulu. Nanti ibu kembali ke sini lagi."

Perempuan itu memelukku sejenak. Lalu pergi meninggalkanku di sebuah kamar. Kamar yang belasan tahun lalu menjadi saksi Rania dan Riana sejak bayi.

Kami memang tumbuh di sebuah panti asuhan tetapi aku tak pernah merasakan kekurangan kasih sayang. Perempuan yang kami panggil ibu itu telah mengisi tangki cinta kita sehingga kita tumbuh baik.

Berkali-kali ada yang ingin mengadopsi kami tetapi hanya bisa memilih satu. Kami menolak hingga laki-laki itu datang. Memberikan janji akan mengadopsi kami berdua secara bertahap. Riana yang sudah nyaman dengan laki-laki itu pun mengiyakan ajakannya. Aku pun menerima untuk menunggu kedatangan mereka kembali untuk membawaku pulang ke rumah baru.

Sayangnya bukan kabar baik yang aku terima sejak Riana berpisah denganku. Namun kabar mengejutkan ditengah kesunyian malam. Aku datang terlambat. Seharusnya aku tak pernah membiarkan Riana pulang ke rumah barunya. Seharusnya Riana tetap di sini bersamaku. Penyesalan demi penyesalan yang tak pernah hilang dari benakku.

Aku kembali menangis mengingat Riana. Kondisiku yang masih lemah membuatku jatuh tertidur dengan air mata yang membasahi pipi.
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

3 komentar

  1. wah pulang kampung ya ceritanya Riana.. kl kampungnya d lombok enak hehe

    BalasHapus
  2. Terpisah dari orang dekat begitu menyesakkan memang. Apalagi saudara kandung.
    Sabar Rania, semoga masih bisa bertemu Riana

    BalasHapus
  3. Karena orang lombok, jadi latarnya cari yang aman ya kakakku

    BalasHapus

Posting Komentar