jejak tulisan si kaki kecil

7 Kurikulum Wajib Mendidik Anak ala Luqmanul Hakim

Konten [Tampil]
Mendidik Anak ala Luqmanul Hakim

Mendidik anak ala Luqmanul Hakim adalah salah satu contoh cara mendidik anak yang tertulis dalam Al Quran. Walaupun ada banyak cara mendidik anak di zama sekarang ini, tapi tetap menjadikan Al Quran panduan utama kita dalam mendidik anak.

Teringat akan pesan singkat dari seorang teman yang curhat tentang keponakannya. Jujur saja aku paham kekhawatirannya tentang kebiasaan tantrum dan kecanduan gadget. Tapi aku nggak bisa komentar banyak dan sedikit memberikan masukan berdasarkan pengetahuanku saja.

Pada dasarnya menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita memiliki peran dan tanggung jawab baru. Sesibuk apapun kita dan jikalau terpaksa menitipkan anak pada orang lain, setidaknya kita yang mempersiapkan segalanya, minimal kegiatan yang akan dilakukan anak. Dengan begitu kita bisa tetap mendidik anak walaupun melalui perantara orang lain.

"Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar."
(QS An Nisa : 9)

Mendidik Anak ala Luqmanul Hakim

Luqman adalah nama orang yang diabadikan dalam Al Quran. Walaupun bukan seorang nabi, tapi nasihat Luqman pada anaknya begitu terkenal dan patut dicontoh oleh orang tua dalam mendidik anak. Apa saja si nasihat Luqman pada anaknya?

1. Aqidah

Hal pertama yang harus ditanamkan dalam pendidikan anak adalah aqidah. Hal ini bisa dilakukan bahkan sejak umur 0 tahun. Dengan mengajak anak berdialog jika semua yang ada adalah ciptaan Allah. Atau ketika sudah lebih besar bisa mengajak anak untuk tadabur alam dan melihat keindahan yang telah Allah ciptakan. Jadi ketika anak ditanya akan dengan mudahnya mengatakan bahwa semua itu karena Allah.

Dengan menanamkan aqidah sejak dini diharapkan anak bisa memiliki aqidah yang kokoh. Tak lagi ragu ataupun goyah pendiriannya. Dengan aqidah yang kokoh tersebut anak tidak mudah terpengaruh dan tanpa sadar menyekutukan Allah.

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
(QS. Luqman Ayat 13)

2. Muraqabatullah

Memiliki perasaan selalu diawasi tidak timbul begitu saja. Apalagi jika tidak diajarkan sejak kecil. Bahkan kita saja yang dewasa sering lupa jika segala hal yang dilakukan akan diawasi Allah. Karena dengan merasa diawasi kita akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk kebaikan dibandingkan maksiat. Tak sempat lagi ada cela karena takut akan balasan jika melakukan maksiat.

Perasaan selalu diawasi tersebut bisa dimulai sejak kecil. Anggaplah disetiap sudut rumah terdapat CCTV yang nantinya bisa menjadi bukti apa yang dilakukan. Dengan begitu anak akan belajar tentang Allah yang selalu mengawasinya.

Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
(QS. Luqman Ayat 16)

3. Shalat

Mengajak anak untuk shalat tentu harus dimulai dengan memberikan contoh. Orang tua yang terlebih dahulu harus melakukannya agar anak paham jika shalat adalah kewajiban. Jika hanya diperintahkan tanpa diberikan contoh maka anak hanya anak tau tanpa memahaminya sebagai kewajiban.

Mengajak anak pun tak bisa serta merta begitu saja. Harus dimulai sejak kecil dan diawasi agar anak paham tentang kebutuhan akan shalat. Jika hanya sekedar diajarkan tanpa pengawasan sering kali anak akan menjadikannya kebiasaan semata tanpa mengerti makna sebenarnya.

Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
(QS. Luqman Ayat 17)

4. Amar ma'ruf nahi mungkar

Mendidik anak tentu perlu mengajarkan tentang melakukan hal yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Mengajarkan tentu tak hanya sekedar perkataan tapi perlu ada perbuatan nyata dari orang tua. Karena sebelum melakukan amar ma'ruf nahi mungkar kita perlu belajar untuk menjalankannya terlebih dahulu.

Mengajarkan amar am'ruf nahi mungkar pun perlu dilakukan dengan cara yang baik. Bukan cara memaksa hingga anak merasa terbebani karenanya. Orang tua juga perlu bersabar karena tak sekali diajarkan anak akan paham. Perlu diulang dan diingatkan hingga bisa melekat pada pribadi anak.

Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
(QS. Luqman Ayat 17)

5. Sabar

Bersabar ternyata jadi salah satu nasihat Luqman pada anaknya. Apapun yang terjadi seorang muslim memang harus bersabar. Sehingga sabar perlu diajarkan sedari kecil. Bersabar ketika harus berbagi mainan dengan anak yang lain. Bersabar ketika harus mengantri di supermarket. Dan pemahaman bersabar yang mudah dijelaskan pada anak.

Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
(QS. Luqman Ayat 17)

6. Rendah hati

Rendah hati bukan berarti rendah diri. Anak harus diajarkan agar tidak sombong sejak kecil. Ketika anak berhasil melakukan sesuatu maka apresiasi sewajarnya, sampai membuat anak merasa sombong. Selain itu, ketika anak gagal, jangan terlotar perkataan yang membandingkan hingga anak merasa rendah diri.

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
(QS. Luqman Ayat 18)

7. Sederhana

Meniru kehidupan Rasulullah dalam keserhanaan akan membuat hidup kita lebih tenang. Sederhana bukan berarti kita hidup serba kekurangan, tetapi hidup sesuai dengan kemampuan kita. Dengan mengajarkan anak hidup sederhana sesuai kebutuhan maka anak bisa belajar untuk tak hidup berlebihan jika tak dibutuhkan.

Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
(QS. Luqman Ayat 19)

Mendidik anak ala Luqmanul Hakim bisa jadi pondasi kita dalam mewujudkan cita-cita memiliki anak yang sholeh dan sholehah. Karena mendidik anak tak boleh dilakukan secara sembarangan. Semuanya akan dipertanggungjawabkan kelak. Bahkan bisa jadi jalan orang tua untuk meraih surga.
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

11 komentar

  1. Makasih kak sangat bermanfaat informasi tentang kurikulum mendidik anak ala lukmanul hakim

    BalasHapus
  2. Makasih banyak kak atas infonya, memang sekarang mendidik anak tidaklah mudah apalagi sekarang anak kecanduan gadget.

    Mendidik anak agar sholat memang harus dari kecil, kalo tidak maka akan susah, selain itu kesabaran, rendah hati dan hidup sederhana juga penting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gadget memang tantangan mendidikan anak saat ini. Kalau nggak dikenalkan juga kasian karena emang eranya digital

      Hapus
  3. Setuju... Aqidah adalah hal yg pokok yg harus tertanam pada diri sang anak. Agar dia selalu ingat, darimana dia berasal, siapa yg menciptakannya, agar kelak di kemudian hari, selalu ingat pada Allah dan tidak menyekutukannya

    BalasHapus

  4. Jazakillah Mbak, dah mengingatkan jembali kurikulum ini.
    Jadi kangen kelas Ummu Balqis 😃

    BalasHapus
  5. Barakallahu fiik... Semoga sharingnya menjadi amal jariyah. Sosok luqmanul hakim banyak menginspirasi sy dalam mendidik dan membesarkan buah hati, nasihatnya begitu mengena, makanya namanya begitu harum diabaikan dalam Alqur'an. Semoga bisa mengikuti bapak Luqmanul Hakim dalam mendidik anak.

    BalasHapus
  6. Selagi single ini, kita harus banyak-banyak belajar tentang jadi orang tua ya mba.. Jadi pas punya anak udah ada sedikit ilmu biar ga terlalu bingung. Apalagi mengajarkan tentang Islam pada anak yang memang harus diajarkan sejak dini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba feb, hayuk sama-sama belajar agar nanti jadi orang tua yang memiliki ilmu

      Hapus
  7. Mendidik anak bsa sejak dalam kandungan ya mba, orangtua memang wajib merubah diri dlu sblum mengajarkan ke anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, apalagi aku juga belajar banyak nih dari mba-mba yang berpengalaman biar nanti sedikit lebih baik dalam pola asuh anak

      Hapus

Posting Komentar