jejak tulisan si kaki kecil

Surat untuk Sahabat Pena yang Tak Akan Terlupakan!

Konten [Tampil]
Surat untuk Sahabat Pena yang Tak Akan Terlupakan!

Hai, kawan si Kici!

Pernahkah kalian menulis surat untuk sahabat pena? Kalau pernah mungkin kita seangkatan nih! Rasanya lama banget deh udah nggak lagi menulis surat. Sekarang mah apa-apa diketik ya atau langsung aja video call.

Kalau pun ada sahabat yang kenal di luar dunia nyata ya tentunya sahabat online. Mungkin mirip-mirip lah kaya sahabat pena gitu. Kan interaksinya juga seringnya cuma lewat chat aja. Tak jarang ada yang kenal sebatas dari game.

Sahabat Pena

Kalau anak jaman sekarang tau nggak si tentang sahabat pena? Kalau jamanku dulu tuh kayaknya keren aja punya sahabat pena. Bisa punya teman ngobrol selain teman yang ada di rumah dan sekolah.

Kalau kalian nggak punya gambaran coba deh cari salah satu episode ipin upin tentang sahabat pena. Di sana menceritakan Kak Ros yang memiliki sahabat pena dari luar Malaysia. Sahabat yang berasal dari Jepang itu pun merencanakan datang berkunjung ke rumah Kak Ros. Duuh senangnya Kak Ros. Mungkin itulah perasaanku dulu waktu punya sahabat pena.

Surat untuk Sahabat Pena dari Bobo

Zaman dulu belum secanggih zaman sekarang yang serba mudah. Kalau dulu mencari teman di luar sekolah atau rumah maka yang digunakan ya majalah. Apalagi buatku yang masih sekolah dasar tuh nggak mudah menemukan teman selain teman sekolah atau teman kursus. Maka jalan ninjaku ya berkirim surat ke majalan bobo. Salah satu majalah popular anak pada zamannya.

Sayangnya beberapa kali kirim tuh nggak pernah muncul di halaman khusus surat dari pembaca. Entah suratnya nyangkut atau gimana. Bahkan aku dulu pernah dapat hadiah dari bobo pun nggak pernah sampai tuh ke tanganku. Mau konfirmasi juga ribet kali ya zaman dulu, mau gimana coba?

Sejujurnya sedih, kesel, kecewa walaupun tetap aja langganan majalan bobo. Daripada ribet kirim surat ke bobo yang nggak tau kapan bisa muncul itu, aku pun memutuskan untuk mengirim surat ke salah satu pembaca. Biasanya ada beberapa pembaca yang mencari sahabat pena dan mencantumkan alamatnya.

Nama Zahra alamatnya Bekasi. Itu yang aku ingat ketika menulis surat untuknya. Aku yang duduk di kelas empat sekolah dasar itu lebih tua satu atau dua tahun darinya. Aku pun lupa apa yang aku tulis untuknya. Mungkin hanya sekedar perkenalan dan menawarkan diri sebagai sahabat penanya.

Tak terlalu berharap untuk dibalas. Ya siapa aku coba. Namun, di suatu siang ketika aku pulang sekolah. Sepucuk surat berwarna kuning datang ke rumah. Balasan surat dari Zahra yang membuatku sangat senang. Isinya memuji tulisanku yang katanya bagus. Padahal menurutku mah jelek mirip ceker ayam. Entah basa-basi atau tulus menulisnya.

Zahra pun menyarankan kepadaku untuk menuliskan surat lagi ke bobo agar mendapatkan banyak sahabat pena. Dengan muncul di kolom surat dari pembaca memang cukup ampuh mendapatkan banyak sahabat pena kala itu.

Surat dari Zahra pun aku balas lagi dan meminta rekomendasi sahabat pena untuk bertukar surat. Namun, tak ada lagi surat yang datang dari Zahra. Itu surat pertama dan terakhirnya untukku. Entah suratku yang nyakut lagi atau gimana. Ya sudahlah.

Sejak saat itu, saudara sepupuku lah satu-satunya sahabat penaku. Sahabat pena yang tiap surat dikirim terus kasih pesan lewat sms. Sampai kami lupa untuk berbalas surat lagi.

Penutup

Hai, Zahra apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja. Aku pun mungkin tak bisa mengingatmu kalau kita bertemu. Namun, aku selalu ingat perasaan bahagia ketika mendapat sepucuk surat darimu. Terima kasih pernah menjadi sahabat penaku. Sahabat yang hanya datang seperti hembusan angin tetapi cukup membekas dikenangan hidupku.
Kalau mengingat surat untuk sahabat pena tuh bikin aku nostalgia sama zaman dahulu. Dulu kita sabar untuk menunggu kabar dan bersua lewat tulisan. Kalau sekarang mah gampang banget komunikasi tapi malah kadang membuat kita cuek dan sibuk dengan yang lain.
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

6 komentar

  1. Tim pembaca Bobo mariii ngumpul wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh jadi ketauan kan kalau kita seangkatan mba hehehe

      Hapus
  2. Ahaaa jadii inget dulu karena gak mampu buat beli majalah bobo alhasil cuma bisa beli koran Pikiran Rakyat tiap hari Minggu karena nunggu edisi Percilnya. Ehh malah dapet sahabat pena dari sanaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah senangnya, aku baru tau kalau di koran pun ada. Maklum jarang ada yang baca koran di rumah. Kalaupun beli paling buat tugas kliping aja.

      Hapus
  3. Menulis surat itu asik ya, mb. Bikin ketagihan juga kalau udah saling balsa surat. Apalagi pas zaman dulu ada pos datang kebanggaan banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dulu seneng banget kalau ada pak pos kalau sekarang mah jadi berubah senengnya kalau ada kurir paket hehe

      Hapus

Posting Komentar