jejak tulisan si kaki kecil

Cerita Misteri: Luka, Bagian Lima

Konten [Tampil]
Anak-anak panti yang akan di adopsi menghilang satu per satu. Rania dan ibu panti merasa heran dengan kejadian itu. Rania mencoba meminta bantuan Kinan tetapi Kinan menolaknya. Bahkan meminta Rania untuk tak mencari anak-anak itu lagi.

Bagian Lima: Penemuan Jejak

Beberapa hari ini, aku tak datang untuk mengajar anak-anak. Hubunganku dengan Kinan yang semakin renggang membuatku enggan untuk bertemu dengannya. Aku ingin menenangkan diri sejenak dan mencari tau keberadaan anak-anak yang menghilang.

"Kamu nggak ngajar lagi hari ini?" tanya ibu panti dengan perasaan heran.

Aku hanya menggeleng pelan. Enggan memberikan penjelasan lebih. Ibu panti sepertinya mencoba memahami kondisiku. Apalagi aku menceritakan sikap Kinan akhir-akhir ini yang tak menyambutku dengan hangat. Seolah aku orang yang dibencinya.

Aku pergi ke bukit belakang yang ada di panti. Bukti yang hanya berjarak 15 menit berjalan kaki tetapi menyajikan pemandangan yang luar biasa. Kita bisa melihat pemandangan sawah sejauh mata memandang seolah kotak-kotak itu adalah karpet yang dihamparkan. Sayangnya aku tak bisa memikirkan dimana anak-anak yang menghilang sekarang itu.

Tanpa sadar aku hanya terdiam berjam-jam di bukit hingga ada seorang anak panti yang mendatangiku.

"Kak Rania, ibu panti nyariin Kak Rania dari tadi. Sudah hampir malam kak," kata Rara, salah seorang panti menyadarkanku.

Aku pun kembali ke panti dengan Rara. Mengobrol berbagai hal yang kita lewati sepanjang jalan. Obrolan itu terhenti ketika Rara mengatakan sesuatu yang mengganjal.

"Kak, di panti ada hantu," kata Rara dengan polosnya.

"Hantu? Kamu melihatnya?" tanyaku memastikan.

"Iya kak, kalau hantu itu datang pasti teman Rara berkurang," lanjut Rara lagi.

Aku tersenyum dan berkata, "Rara kan udah belajar, hantu itu nggak ada."

"Ada kak, Rara lihat sendiri. Hantu itu seram dan membawa teman Rara pergi," kata Rara ngotot.

Aku mengelus kepala Rara dan tak lagi mengajaknya berdebat. Memilih untuk mendengarkannya. Namun, ada hal yang mengganjalku. Siapa itu? Kenapa dia membawa anak-anak itu pergi?

Sejak mendengar perkataan Rara itu, aku terus mencari siapa yang membawa anak-anak itu pergi. Apa yang telah dilakukan anak-anak hingga ada yang tega membawanya. Aku pun mencoba mencari jejak si Hantu menurut Rara.

Aku menemukan sebuah gelang di atas kasur Rara dan menanyakannya. Rara mengatakan jika itu gelang milik si hantu. Namun aku cukup mengenal gelang itu karena aku yang memberikannya pada Kinan. Gelang yang akhirnya membawaku bertemu dengan Kinan untuk meminta penjelasan.

"Kamu yang menculik anak-anak?" tanyaku pada Kinan tanpa basa-basi.

Kinan hanya menggeleng dan pergi. Aku yakin itu Kinan. Gelang itu ditemukan oleh Rara. Pasti Rara menganggap Kinan menakutkan karena wajahnya yang terdapat bekas luka. Mana mungkin gelang itu ada di panti jika Kinan tak pernah mau aku ajak untuk datang ke panti.

Aku yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Kinan pun mencoba mengikutinya diam-diam. Namun sejauh ini Kinan hanya pergi ke tempat yang memang biasa ia kunjungi karena aku pernah menemaninya seharian.

Entah Kinan sadar atau tidak dengan kehadiranku tetapi tak ada sesuatu yang aneh dengannya. Seolah Kinan menutupi sesuatu dariku dan mencoba melakukan rutinitas seperti biasa agar aku bosan memata-matainya. Aku pun mencoba bertahan mengikuti Kinan berhari-hari walaupun selalu kecewa ketika tak mendapatkan hasil apapun.
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

Posting Komentar