jejak tulisan si kaki kecil

Hei Tuan, Puisi Terbaik Tentang Cinta

4 komentar
Konten [Tampil]
Membuat puisi terbaik adalah impian semua orang. Sayangnya membuat puisi tak semudah apa yang terlihat. Ada beberapa yang perlu diperhatikan. Bahkan jauh sebelum membuatnya kita perlu memperkaya diksi agar puisi tersebut lebih menarik.

Sebelum membuat puisi, sebaiknya kita memperhatikan beberapa pertimbangan tentang bait dan rimanya. Kalau belum terbiasa pastinya akan kesulitan dan perlu belajar membuatnya agar bisa menghasilkan karya yang dapat dinikmati orang lain.

Bahkan menjadi terkenal seperti Sapardi Djoko Damono. Puisi yang sederhana tetapi memiliki makna yang mendalam. Siapa si yang tak ingin seperti beliau?

Salah satu tugas di ODOP kali ini adalah membuat puisi dengan tema bebas. Namun harus terdiri dari 4 bait dengan 16-20 baris. Syarat yang membuatku harus mencari tau agar tak salah ketika mengerjakannya. Apalagi untukku yang tak pandai merangkai kata indah. Duh puisi tuh jadi peer yang cukup besar.

Dari hasil percobaan untuk menuliskannya, aku pun memutuskan untuk menulis puisi ini.

Hei Tuan

Hei Tuan
Sejak Awal Kita Berbeda Jalan
Engkau Tetap Mamaksakan
Berakhir Pada Jalan Buntu Juga

Hei Tuan
Sudah Kukatakan Kita Berbeda
Engkau Tetap Mengatakan Sama
Berujung Pada Perpisahan

Hei Tuan
Aku bilang tak bisa sejajar
Engkau Bilang Bisa beriringan
Menjadikan Jarak Semakin lebar

Hei Tuan
Aku dan Kamu mungkin tak menjadi kita
Tapi ada pelajaran di setiap pertemuan
Terima kasih atas semua kisah


Sejujurnya aku tau, puisi ini tuh jauh dari sempurna. Bahkan entah bisa disebut puisi atau enggak. Setidaknya aku mencoba menggugurkan kewajiban agar tak ditendang dari grup dengan mencoba mendapatkan nilai minimal ditengah waktu yang sulit untuk menulis di blog.

Jadi apakah puisi terbaik yang kalian pernah buat atau yang kalian sukai? Kalau aku, cukup terkesan dengan puisi Chairil Anwar yang berjudul Aku dan puisi Sapardi Djoko Damono yang menuliskan tentang aku ingin mencintai dengan sederhana. Puisi-puisi yang mengisi hari-hari ketika aku duduk dibangku sekolah dan belajar bahasa indonesia.
Zakia Widayanti
Seorang yang mengaku introver dan menjadikan tulisan sebagai jalan ninja agar tetap waras. Tulisan adalah caraku menyampaikan keresahan dan kegelisahan. Terkadang semakin banyak menulis bisa jadi tanda jika aku sedang galau atau sedih atau mungkin banyak deadline :)

Related Posts

There is no other posts in this category.

4 komentar

  1. Ternyata akhirnya dapat ilmu baru dan menghasilkan puisi ya Mb. Ah puisi ini mengena, ego kita sering memaksa, apa daya takdir berkata beda

    BalasHapus
  2. Puisinya sederhana dan kalimatnya indah sekali kak
    Jadi malu sama puisi yang aku bikin hahaha

    BalasHapus
  3. Puisi...kerja berat bagi yang tak biasa seperti saya.
    Puisi kak Zakia bagus💪

    BalasHapus
  4. Sederhana tapi dalem maknanya, miriplah puisi Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono... Eh siapa tuan itu, bukan Abdullah kan. Semoga si Abdullah bisa seiring sejalan hingga aku dan kamu jadi kita... Cieee.

    BalasHapus

Posting Komentar